Pada 26 Desember 2004 gelombang tsunami menyapu pesisir Aceh setelah gempa berkekuatan 9,3 SR yang terjadi di Samudera Hindia.
Tsunami berketinggian 30 meter memporak-porandakan wilayah Aceh. Mengakibatkan korban meninggal mencapai 230.000 jiwa serta ratusan ribu masyarakat tinggal di pengungsian.
Bencana tsunami Aceh merupakan bencana kemanusiaan terbesar. Berbagai bantuan pun berdatangan untuk membantu masyarakat Aceh/termasuk bantuan dari Palang Merah Indonesia.
Relawan PMI dari berbagai daerah di Indonesia datang membantu masyarakat Aceh. Mereka bahu-membahu memberikan bantuan tanpa kenal lelah dan tak terhentikan.
Kiprah relawan PMI dalam bencana tsunami Aceh/telah memotivasi banyak kaum muda untuk bergabung menjadi sukarelawan saat itu. Pengalaman pasca gempa dan tsunami Aceh menjadi kebangkitan relawan PMI sebagai relawan kemanusiaan.
Tahun 2005 di Seoul Korea Selatan, Relawan PMI mendapat penghargaan Henry Dunant Medale atas kontribusinya yang besar dalam penanggulangan bencana tsunami di Aceh dan Nias.
Di tahun yang sama Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan dengan menandatangi prasasti penetapan 26 Desember sebagai Hari Relawan PMI yang disaksikan oleh Ketua Umum PMI, Mar’ie Muhammad.
Sebagai jantung dalam menjalankan layanan kemanusiaan peran relawan sangat krusia. PMI pun terus meningkatkan kapasitas relawan sebagai sumber daya yang professional melalui berbagai kegiatan pengembangan kapasitas relawan agar siap menjadi garda terdepan pelayanan PMI di masyarakat.
Tanpa kehadiran relawan tidak akan terwujud PMI yang profesional dan berintegritas serta bergerak bersama masyarakat. Relawan PMI telah menunjukkan kerja kemanusiaan yang luar biasa memberikan kontribusi nyata, untuk bangsa, tanpa batas waktu, dan hingga saat ini tak terhentikan.
#TakTerhentikan #Unstopable